Jumat, 27 Mei 2011

Ketika Cinta Terurai Menjadi Perbuatan


Kulitnya  kehitaman.  Wajahnya  jauh  dari  cantik.  Usianya  tak  bisa  lagi dibilang muda. Waktu pertama kali masuk ke rumah perempuan itu, hampir saja  ia  percaya  ia  berada  di  rumah  hantu.  Lelaki  kaya  dan  tampan  itu sejenak  ragu.  Sanggupkah  ia  menjalani  keputusannya?  Tapi  ia  segera kembali  pada tekadnya.  Ia  sudah  memutuskan  untuk  menikahi  dan mencintai perempuan itu. Apapun risikonya.

Suatu saat perempuan itu berkata padanya, "Ini emas-emasku yang sudah lama kutabung, pakailah ini untuk mencari perempuan idamanmu, aku hanya membutuhkan  status  bahwa  aku  pernah  menikah  dan  menjadi  seorang istri."  Tapi  lelaki  itu  malah  menjawab,  "Aku  sudah  memutuskan  untuk mencintaimu. Aku takkan menikah lagi."

Semua  orang  terheran-heran.  Keluarga  itu  tetap  utuh  sepanjang  hidup mereka.  Bahkan  mereka dikaruniai  anak-anak  dengan  kecantikan  dan ketampanan  yang  luar  biasa.  Bertahun-tahun  kemudian  orang-orang menanyakan  rahasia  ini  padanya.  Lelaki  itu  menjawab  enteng,  "Aku memutuskan  untuk  mencintainya.  Aku  berusaha  melakukan  yang  terbaik. Perempuan  itu  melakukan  semua  kebaikan  yang  bisa  ia  lakukan  untukku. Sampai  aku  bahkan  tak  pernah  merasakan  kulit  hitam  dan ketidakrupawanan  wajah dalam  kesadaranku.  Yang  kurasakan  adalah kenyamanan jiwa yang melupakan aku pada fisik."